Kamis, 10 September 2015




Waraha, Krishna, dan Buddha Awatara Dalam Agama Hindu

Putu Aditya W. | 10/09/15 14:02 WIB


       I.                  Waraha Awatara
Waraha merupakan Awatara penjelmaan Dewa Wisnu berbentuk Babi Hutan. Pada awalnya, ada sesosok raksasa bernama Hiranyaksa, kakaknya Hiranyakasipu. Dia bertekad untuk menenggelamkan bumi ke lautan kosmik, karena ingin menguasai dunia. Melihat
dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun dan lamanya pertempuran terjadi selama ribuan tahun. Pada akhirnya, Dewa Wisnu mengalahkan Hiranyaksa dengan gadanya dan menyelamatkan dunia dari bencana tenggelam.

II.                  Buddha Awatara
Budha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai putra raja Sudodana di Kapilawastu India dengan nama Siddharta Gautama yang berarti telah mencapai kesadaran yang sempurna. Budha Gautama menyebarkan ajaran Budha dengan tujuan untuk menuntun umat manusia mencapai kesadaran, penerangan yang sempurna atau Nirwana.

Gautama Buddha lahir sebagai Pangeran Siddhartha Gautama, putra Raja Suddhodana, sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (2400 tahun yang lalu). Ayahnya sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan Pertapa Suci atau Pertapa. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan membiarkan sesuatu yang bersifat sakit, tua, mati, dan pertapa suci dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat empat hal tersebut. Keempat hal tersebut pula yang membuka pikirannya untuk mencari obat penawarnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.

III.                  Krishna Awatara
Krisna Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sri Krisna raja Dwarawatka untuk membasmi raja Kamsa, Jarasanda dan membantu Pandawa untuk menegakkan keadilan dengan membasmi Kurawa yang jahat.

Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita, ia adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang Bharatayuddha.

Pesan Moral

*    - Dharma akan selalu menang melawan adharma.
*    - Untuk mencapai kedamaian dan ketenangan di kehidupan, kita harus menjadi umat yang baik dengan cara sering bersembahyang, dan beryadnya.

Refleksi

Dari 3 cerita awatara ini, kita harus menjaga hubungan antara manusia, Tuhan, dan lingkungan. Cara manusia menjaga hubungannya dengan Tuhan adalah dengan bersembahyang, Tri Sandhya, dll. Cara menjaga hubungan manusia dengan lingkungan adalah dengan cara menjaga kebersihan, jangan mengeksploitasi hutan, dan jangan merusak alam. Cara mejaga hubungan antar manusia adalah dengan cara berempati, saling membantu, saling menghormati, dan saling menyayangi.