Waraha, Krishna, dan Buddha Awatara Dalam Agama
Hindu
Putu Aditya W. | 10/09/15 14:02 WIB
I. Waraha Awatara
Waraha merupakan Awatara penjelmaan Dewa Wisnu berbentuk Babi Hutan.
Pada awalnya, ada sesosok raksasa bernama Hiranyaksa, kakaknya Hiranyakasipu.
Dia bertekad untuk menenggelamkan bumi ke lautan kosmik, karena ingin menguasai
dunia. Melihat
dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan
yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang
dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak
berlangsung lancar karena dihadang oleh Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran
sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi
ribuan tahun dan lamanya pertempuran terjadi selama ribuan tahun. Pada akhirnya,
Dewa Wisnu mengalahkan Hiranyaksa dengan gadanya dan menyelamatkan dunia dari
bencana tenggelam.
II.
Buddha Awatara
Budha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai putra raja Sudodana di
Kapilawastu India dengan nama Siddharta Gautama yang berarti telah mencapai
kesadaran yang sempurna. Budha Gautama menyebarkan ajaran Budha dengan tujuan
untuk menuntun umat manusia mencapai kesadaran, penerangan yang sempurna atau
Nirwana.
Gautama Buddha lahir sebagai Pangeran Siddhartha Gautama, putra Raja
Suddhodana, sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (2400 tahun yang lalu). Ayahnya
sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya
dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya
akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang
mati, dan Pertapa Suci atau Pertapa. Keempat hal tersebut selalu berusaha
ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan membiarkan sesuatu yang bersifat sakit,
tua, mati, dan pertapa suci dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang
sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi
kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat
empat hal tersebut. Keempat hal tersebut pula yang membuka pikirannya untuk
mencari obat penawarnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan
berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun
semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika
bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.
III.
Krishna Awatara
Krisna Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sri Krisna raja
Dwarawatka untuk membasmi raja Kamsa, Jarasanda dan membantu Pandawa untuk
menegakkan keadilan dengan membasmi Kurawa yang jahat.
Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun
kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam
wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti,
dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita, ia adalah perantara kepribadian
Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Ia
mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga
orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut
adalah Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara
langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang
Bharatayuddha.
Pesan Moral
- Dharma akan selalu menang melawan adharma.
- Untuk mencapai kedamaian dan ketenangan di kehidupan,
kita harus menjadi umat yang baik dengan cara sering bersembahyang, dan
beryadnya.
Refleksi
Dari 3 cerita awatara ini, kita harus menjaga
hubungan antara manusia, Tuhan, dan lingkungan. Cara manusia menjaga hubungannya
dengan Tuhan adalah dengan bersembahyang, Tri Sandhya, dll. Cara menjaga
hubungan manusia dengan lingkungan adalah dengan cara menjaga kebersihan,
jangan mengeksploitasi hutan, dan jangan merusak alam. Cara mejaga hubungan
antar manusia adalah dengan cara berempati, saling membantu, saling
menghormati, dan saling menyayangi.